Kamis, 27 November 2008

KHUTBAH IDUL ADHA 1429 H

KHUTBAH IDUL ADHA
Keteladanan dan Keteguhan Nabiyullah Ibrahim AS
27/11/2008

اللهُ أكْبَرُ × 9 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

لْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهم صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيدنا محمد وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.

أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ



Hadirin sidang sholat Idul Adha yang dimuliakan Allah

Pada pagi yang berbahagia ini, kita kembali diingatkan oleh Allah untuk meneladani perjuangan dan ketabahan nabi Ibrahim telah diabadikan dalam Al-Qur’an yang akan dibaca kaum muslimin hingga hari kiamat. Sejarah rasul yang berjuluk kekasih Allah (Kholilullah) ini , ditulis dengan tinta emas di dalam buku-buku sejarah. Sikap tabah dan teguhnya dalam menjalankan perintah Allah, telah menjadikan nabi Ibrahim sebagai panutan umat sepanjang zaman.

Pernyataan adanya keteladanan Nabiyullah Ibrahim ini diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya,

قَدْ كَانَ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةُ فِيْ إبْرَاهِيْمِ وِالِّذِيْنَ مَعَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan-nya “ (QS. Al-Mumtahanah : 4)

Sementara, tentang keharuman namanya sepanjang zaman, pun Allah telah menuturkan dalam firman-Nya,

وَتَرَكْنَا عَليَْهِ فِيْ الأَخَرِيْنَ

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. “ (QS. As-Shofat : 108)

Dalam dua ayat ini, sangat jelas bahwa, ternyata Allah sedemikian memuliakan Nabi Ibrahim. Sehingga BEliaulah yang menjadi bapak para Nabi. Lalu mengapakah Allah demikian memuliakannya? Apakah karena keturunannya, ataukah karena hartanya, atau kan karena kekuatannya, keperkasaannya? Ah, ternyata bukan. Rupanya Ibrahim dikenang hingga khir zaman karena keteguhannya memegang amanah Allah, dan kerelaannya mengorbankan segala miliknya demi Allah SWT.

Hadirin jamaah Idul Adha rahimakumullah
Sejarah hidup Nabi Ibrahim adalah sejarah manusia yang sukses dalam menjalani hidup, meski ia berangkat dari nol. Sukses berdakwah dalam kondisi sulit dan sukses menjaga amanah ketika telah mulai memanen hasil jerih keringat dakwahnya.

Ia memulai Dakwah sebagai seseorang yang harus berhadapan dengan penguasa yang dzalim dan kuat. Harus melewati hukuman yang berat dan ak memungkinkannya selamat, kecuali atas izin Allah, SWT.

Setia menjaga isterinya yang sedang mengandung keturunannya, menemaninya hingga ke sebuah tempat yang sangat jauh dari daerahnya semula. Menjalani kehidupan dengan normal dan tetap menyerukan ayat-ayat Allah dengan bijaksana, agar umatnya tak kembali lagi ke jalan yang tak di ridhoi Allah.

Akan tetapi saudara-saudara sekalian, bagi Nabi Ibrahim, cobaan yang demikian rupanya belumlah seberapa………… ternyata, cobaan terberatnya adalah ketika ia harus merelakan putera tercintanya, Ismail, untuk dikorbankan, kepada Allah dengan cara disembelih. Putera yang beberapa waktu setelah kelahirannya segera ditinggalkan untuk memenuhi seruan Allah SWT. Kerelaan Nabiyullah Ibrahim untuk menyembelih puteranya inilah yang terus kita peringati hingga sekarang sebagai Idul Adha.


Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Dalam konteks kekinian, pengorbanan Nabi Ibrahim tersebut harus tetap kita apresiasikan. Baik dalam bentuk ubudiyah mahdohnya dengan menjalankan haji bagi yang mampu serta berkurban hewan ternak bagi umat Islam yang memiliki cukup kelebuhan harta untuk melaksanakannya.

Namun demikian, kita juga harus senantiasa menginterpretasikan keteguhan ketaatan dan katabahan dalam kisah nabi Ibrahim tersebut zaman kita hidup saat ini. Ketabahan Ibrahim untuk merelakan puteranya dapat kita wujudkan dalam kerelaan kita untuk berbagi kebahagiaan dengan para tetangga, lingingkungan dan saudara-saudara umat Islam lainnya di manapun mereka berada. Sebagaimana pula mereka yang berhaji, juga memiliki kegiatan penyembelihan hewan kurban.

Dari sini menjadi jelas bahwa, syariat Allah yang telah dilaksanakan sejak zaman nabi Ibrahim ini memiliki manfaat yang sedemikian luas hingga ke seluruh penjuru jagad. Baik manfaat secara ekonomi, sosial maupun kebudayaan.

Mereka yang berhaji di tanah suci terlibat secara universal dengan umat Islam di seluruh dunia, bahkan dengan umat-umat non Muslim sekali pun. Mereka yang dikaruniai kesempatan berhaji merupakan duta umat Islam dari seluruh pelosok dunia. Mereka menunjukkan kepada umat lain, akan persatuan dan persaudaraan umat Islam

Sementara bagi umat Islam yang sedang tidak berkesempatan menunaikan ibadah haji pada tahun ini, juga tetap memiliki pesan persaudaraan yang harus ditunaikan. Yakni berbagi kebahagiaan dengan mereka yang hidup dalam kekurangan.
Allah SWT berfirman,

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya.” (Al-Hajj: 37)

Pesan rohani dalam ayat ini adalah agar kita ikut aktif dan bertanggungjawab untuk menciptakan suasana persaudaraan dan hidup penuh cinta kasih terhadap sesama.


Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Kecintaan dan ketaatan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Imam Al-Baidhawi berkata, "Cinta adalah keinginan untuk taat", sementara, al-Zujaj berkata, "Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-nya adalah mentaati keduanya dan ridha kepada semua perintah Allah dan ajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya."

Artinya, kecintaan dan ketaatan kepada Allah tidak mungkin diwujudkan tanpa pengorbanan. Jadi, tak ada cinta tanpa ketaatan, dan tak ada ketaatan tanpa pengorbanan. Demikianlah pesan teragung dalam kisah perintah Penyembelihan Ismail, sang putera Ibrahim AS.

Maka, jika kita mengaku mencintai Allah dan Rasulullah serta mengikuti ajaran-ajaran Islam, maka tentu kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan Idul Adha ini hanya untuk bersenang-senang seorang diri saja. Karena Allah memerintahkan hambanya untuk dapat berbagi karunia dan kesyukuran pada hari yang berbahagia ini. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Para nabi dan para ulama hingga saaat ini.

Semoga pada hari yang berbahagia ini kita dapat bersama-sama menikmati karunia Allah dengan penuh suka cita dan rasa kasih sayang untuk mensyukuri nikmat Allah bersama-sama. Semoga pra tetangga kita dapat turt menikmati kebahagiaan kita sebagaimana kita juga dapat turut menikmati kebahagiaan mereka dalam jalan yang diridhoi Allah SWT.

semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa kita dan melimpahkan seluruh kasih sayangnya kepada kita sekalian, sehingga tercukupi segala hajat kita. agar dapat mengabdi dan beribadah kepada Allah dengan lebih sempurna. Amin Allahumma Amin

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

« Kembali ke arsip Khotbah

Tidak ada komentar: